Beranda | Artikel
Surat Terbuka Untuk Saudaraku Takfiri
Jumat, 20 Desember 2013

Oleh : Abdul Hakim bin Muhammad Al-Jawy, Lc

 
Surat terbuka untuk saudaraku yang tersesat…
para teroris yang bernasib tragis…

 
Wahai saudaraku,
Aku tahu bahwa engkau ingin menjadi pembela tauhid…
Penebar rasa takut bagi para thoghut terlaknat dan kaum munafiqin…
Ghuroba sejati di atas kemurnian tauhid…
Berbicara tentang hak Allah saat manusia berebut hak mereka masing-masing….
Saat sebagian dari di berbeda pendapat karena beda pendapatan….
Saat sebagian yang disebut ulama sibuk menghitung komisi…
Dan yang lain bergelak menghitung jumlah istri…
Saat itu engkau bersujud di lantai jeruji yang tak kenal siang dari malam…
Seraya lidahmu melantunkan kalam suci yang terkumpul di dadamu…

Saudaraku yang kucintai dari lubuk hati,
Adakah engkau meyakini saat itu engkau telah sampai kebenaran hakiki…?
Menjadi tangan kanan dari para mursalin…?
Ataukah justru engkau kini menjadi tangan kiri dari iblis…?
Yang mengajak ke neraka dengan menebar aroma surga…?
Memasukkan racun kedalam cawan madu…?
Masih tersisakah rasa takut di dasar hatimu bahwa engkau telah tersesat dan menjadi alat bagi iblis dan tentaranya yang berniat jahat kepada anak adam agar mereka binasa di atas kekufuran sehingga kekal bersamanya dalam neraka..?

 
Wahai yang tidak berdiri di sejengkal bumi Allah kecuali engkau membaca kalam Penciptamu dari hafalanmu…yang setiap pekan engkau khatamkan Al-Quran tanpa melihat mushaf.., tidakkah engkau takut terhadap sabda Nabimu shallallahu alaihi wa sallam

عن حذيفة رضي الله عنه قال صلى الله عليه و سلم : إن أخوف ما أخاف عليكم رجل قرأ القرآن, حتى إذا رئيت بهجته عليه و كان ردءاً للإسلام , انسلخ منه و نبذه وراء ظهره , و سعى على جاره بالسيف و رماه بالشرك , قلت يا نبي الله ! أيهما أولى بالشرك : الرامي أو المرمي ؟ قال : بل الرامي ( رواه البخاري في التاريخ و أبو يعلى و ابن حبان و البزار , انظر الصحيحة للألباني ٣٢۰١ )

Dari Hudaifah rodhiyAllahu anhu bersabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam ; sesungguhnya yang paling aku khawatirkan pada kalian adalah jika ada seorang yang telah menghafal alquran sampai tatkala telah dikenal kualitasnya dan menjadi benteng bagi Islam, lalu ia melepaskan diri darinya dan membuangnya ke belakang punggungnya, dan berusaha mencelakai tetangganya dengan pedang serta menuduhnya dengan kesyirikan. Aku berkata ; Wahai Nabi Allah siapakah yang lebih pantas disifati dengan kesyirikan? Yang menuduh atau yang dituduh? Beliau bersabda ; bahkan si penuduh. (HR.Bukhary dalam At-Taariikh, Abu Ya’la dll, lihat As-Shahihah  karya Al-Albani no 3201)

Bukankah ada yang membaca alquran namun ia tersesat… ?

عن عائشة رضي الله عنها قالت : إن النبي صلى الله عليه وسلم تلا هذه الآية : هو الذي أنزل عليك الكتاب منه آيات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات – إلى قوله عز وجل – وما يذكر إلا أولو الألباب ، فقال صلى الله عليه وسلم : يا عائشة ، إذا رأيتم الذين يجادلون فيه ، فهم الذين عنى الله عز وجل ، فاحذروهم ( الشريعة للآجري – (1 / 23)

Dari Aisyah rodhiyAllahu anha berkata sungguh Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah membaca ayat ini ; ((Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[1] , Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[2]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal)) (QS. Ali Imran 7). Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda ; “Wahai Aisyah jika engkau menjumpai orang-orang yang suka berdebat tentang ayat mutasyabihat maka mereka itulah yang Allah maksud ( dalam ayat ini ) maka berhati-hatilah dari mereka” (Diriwayatkan oleh Ahmad, At-Thobroni, Ath-Thohawi, dan ibnu Hibbaan. Syu’ab Al-Arna’uuth berkata : “Isnadnya Shahih sesuai dengan persyaratan Shahihain)

عن سعيد بن جبير في قول الله عز وجل وأخر متشابهات قال : أما المتشابهات فهن آي في القرآن يتشابهن على الناس إذا قرؤوهن ، من أجل ذلك يضل من ضل ممن ادعى هذه الكلمة كل فرقة يقرؤون آيات من القرآن ، ويزعمون أنها لهم أصابوا بها الهدى .ومما يتبع الحرورية من المتشابه قول الله عز وجل : ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون . ويقرؤون معها : ثم الذين كفروا بربهم يعدلون فإذا رأوا الإمام يحكم بغير الحق قالوا : قد كفر . ومن كفرعدل بربه ، فقد أشرك ، فهؤلاء الأئمة مشركون ، فيخرجون فيفعلون ما رأيت ، لأنهم يتأولون هذه الآية

Dari Said bin Jubair saat beliau menerangkan ayat mutasyabihat ; “Adapun mutasyabihat adalah ayat-ayat dalam alquran yang tersamar  atas sebagian manusia saat mereka membacanya karena itulah tersesat orang yang sesat dari setiap yang mengklaim kebenaran. Setiap kelompok menggunakan ayat – ayat dari alquran, mereka mengira ayat tersebut mendukung mereka sehingga menepati kebenaran. Dan termasuk ayat mutasyabihat yang digunakan oleh Haruriyah ( khawarij ) adalah : Almaidah 44: ((Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir)).

Mereka lalu menggabungkannya dengan Al-An’aam 1 ; ((Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka)). Maka ketika mereka melihat imam memutuskan tidak sesuai kebenaran mereka katakan ia telah kafir dan yang kafir telah mempersekutukan sesuatu dengan Tuhan, maka ia  telah musyrik, maka para pemerintah itu kafir lalu mereka memberontak dan melakukan apa yang engkau lihat karena mereka mencari-cari takwil ayat ini.” (Kitab Asy-Syari’ah karya Al-Aajurry : 1/24)

 
Wahai yang berhati beringas kepada orang yang masih berucap subhana robbiyal a’la , bukankah engkau mengetahui bahwa Allah memerintahkan Musa ‘alaihis salaam untuk berlemah-lembut kepada Firaun yang telah berucap ana robbukumul a’laa “Aku adalah Tuhan kalian yang tertinggi” dan mendapat vonis resmi sebagai thoghut oleh Sang Maha Kuasa..

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44)

Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada Fir’aun, Sesungguhnya Dia telah menjadi thoghut. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”.( Thoha 43-44)

Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan nama –nama munafiq Madinah kepada Hudaifah Ibnul Yaman rodhiyAllahu anhu, bukankan Hudzaifah menyembunyikan nama-nama tersebut?, tidakkah engkau berqudwah kepada manhaj Nabi kita yang mulia shallallahu alaihi wa sallam ?

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَجُلًا اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَآهُ قَالَ بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ وَبِئْسَ ابْنُ الْعَشِيرَةِ فَلَمَّا جَلَسَ تَطَلَّقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَجْهِهِ وَانْبَسَطَ إِلَيْهِ فَلَمَّا انْطَلَقَ الرَّجُلُ قَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ حِينَ رَأَيْتَ الرَّجُلَ قُلْتَ لَهُ كَذَا وَكَذَا ثُمَّ تَطَلَّقْتَ فِي وَجْهِهِ وَانْبَسَطْتَ إِلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَائِشَةُ مَتَى عَهِدْتِنِي فَحَّاشًا إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ

Dari Aisyah bahwa ada seorang yang meminta izin (bertamu)  kepada  Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau berkata ; dia adalah seburuk-buruk orang, namun ketika telah duduk, Nabi shallallahu alaihi wasallam bemuka manis dan berlemah lembut kepadanya. Ketika orang itu telah pergi maka Aisyah berkata Wahai Rasulullah, ketika engkau pertama kali melihatnya engkau mengatakan demikian dan demikian, namun (saat duduk bersamanya ), engkau bermuka manis dan berlemah lembut kepadanya, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “wahai Aisyah kapankah engkau pernah mendapatiku sebagai seorang yang bejat akhlaknya. Sesungguhnya seburuk-buruk manusia kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah yang dijauhi manusia karena takut dari gangguannya.” ( Muttafaq alaih )

Inilah Nabi kita shallallahu alaihi wasallam yang akhlaqnya adalah Alquran. Ketika Allah berfirman

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

Katakanlah ; Hai orang –orang kafir (QS Al-Kafirun : 1)

قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu Sementara waktu; Sesungguhnya kamu Termasuk penghuni neraka”. (QS Az-Zumar : 8)

قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ

Katakanlah: “Bersenang-senanglah kamu, karena Sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka”. (QS Ibrahim : 30)

Pernahkah Nabi kita alaihi shalatu wassalaam memahami  perintah tersebut  seperti pemahaman kalian yang meneriaki mereka dengan vonis takfir jalanan yang liar? Ataukah kalian lebih bertaqwa dari  Beliau shallallahu alaihi wasallam? Ataukah pilihan yang ketiga yaitu ayat ini seperti firman Allah subhanahu wa taala ;

قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati” (QS Ali Imron : 119)

Yang tidak pernah samasekali Nabi shallallahu alaihi wasallam ucapkan, sebab jika Beliau ucapkan niscaya matilah mereka semua karena doa beliau yang mustajab.

Beliau shallallahu alaihi wa sallam adalah seorang yang sangat bersemangat agar manusia mendapat hidayah kemudian masuk surga Allah Jalla wa Alaa, dan bukan seorang yang ingin manusia mati di atas kekufuran kemudian digiring seluruhnya ke neraka karena beliau diutus sebagai rahmat bagi alam semesta bukan sebagai adzab bagi alam semesta. Lihatlah dari pertempuran yang beliau pimpin, tidak pernah beliau membunuh seorang pun dari kaum kuffar kecuali Ubay ibn Kholaf, itu pun dalam rangka mempertahankan diri.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَنْ يَزَالَ الْمُؤْمِنُ فِي فُسْحَةٍ مِنْ دِينِهِ مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا

Dari ibnu Umar radhiyAllahu anhuma bersabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam ; seorang mukmin akan senantiasa dalam kelapangan agamanya selama tidak menumpahkan darah yang haram ( HR. Bukhary ).

Beliau shallallahu alaihi wa sallam sangat memahami saat terjadi fathu makkah bahwa banyak di antara mereka  yang berpura –pura masuk Islam, namun demikianlah hidayah masuk ke hati seorang sedikit demi sedikit.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ فَأَتَى قَوْمَهُ فَقَالَ أَىْ قَوْمِ أَسْلِمُوا فَوَاللَّهِ إِنَّ مُحَمَّدًا لَيُعْطِى عَطَاءً مَا يَخَافُ الْفَقْرَ. فَقَالَ أَنَسٌ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إِلاَّ الدُّنْيَا فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الإِسْلاَمُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا.

Dari Anas  bahwa ada seorang yang meminta  kepada Nabi shallallahu alihi wa sallam kambing sebanyak (lembah) antara dua bukit lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun memberinya kemudian orang tadi mendatangi kaumnya seraya berkata, “wahai kaumku masuk Islamlah, karena Demi Allah , Muhammad telah memberiku pemberian yang tidak takut kefakiran.” Berkata Anas, ” Sungguh saat itu banyak orang yang masuk Islam namun tidak menginginkan kecuali dunia, tetapi setelah berIslam sungguh Islam lebih mereka cintai daripada dunia dan seluruh isinya.” ( HR. Muslim)

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah rahimahulloh :

فعامة الناس إذا أسلموا بعد كفر أو ولدوا على الإسلام والتزموا شرائعه، وكانوا من أهل الطاعة للّه ورسوله، فهم مسلمون ومعهم إيمان مجمل، ولكن دخول حقيقة الإيمان إلى قلوبهم إنما يحصل شيئًا فشيئًا إن أعطاهم اللّه ذلك، وإلا فكثير من الناس لا يصلون لا إلى اليقين ولا إلى الجهاد، ولو شُكِّكوا لشَكُّوا، ولو أمروا بالجهاد لما جاهدوا، وليسوا كفاراً ولا منافقين، بل ليس عندهم من علم القلب ومعرفته ويقينه ما يدرأ الرَّيْبَ، ولا عندهم من قوة الحب للّه ولرسوله ما يقدمونه على الأهل والمال، وهؤلاء إن عوفوا من المحنة وماتوا دخلوا الجنة، وإن ابتلوا بمن يورد عليهم شبهات توجب ريبهم، فإن لم ينعم اللّه عليهم بما يزيل الريب، وإلا صاروا مرتابين، وانتقلوا إلى نوع من النفاق .

“Maka kebanyakan manusia jika masuk Islam setelah kekufuran atau dilahirkan di atas Islam dan menjalankan syariatnya, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka mereka adalah muslimun yang memiliki iman secara mujmal/global. Akan tetapi masuknya hakikat  keimanan kepada hati mereka adalah terjadi sedikit demi sedikit jika Allah memberikannya kepada mereka. Dan kebanyakan manusia tidak sampai kepada derajat yakin dan jihad. Jika mereka ini dibuat ragu, niscaya mereka ragu, jika diperintah jihad niscaya mereka tidak mau. Namun mereka ini bukanlah Kafir dan bukan pula munafiq. Hanya saja mereka tidak memiliki ilmu dan ma’rifah serta keyakinan hati yang membentengi dari keraguan, tidak pula mereka memiliki kekuatan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mereka utamakan di atas keluarga dan harta…” (Al-Iman 2/350)

Karena itulah Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersama umumnya kaum muslimin , menasehati mereka dan bersabar atas gangguan mereka,

عن معاذ رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : وعليكم بالعامة والجماعة والمساجد

Dari Muadz radhiyAllahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas kalian untuk selalu bersama umumnya  kaum muslimin, jamaah serta masjid –masjid mereka” ( HR. Thabrany di Al-Mu’jam Al-Kabiir 20/164).

 
Fenomena ekslusifitas generasi muda yang mempelajari agama pada hari ini adalah hal yang patut disayangkan. Sebab, jika hamasah syabbab (para pemuda) berpadu dengan hikmah/sikap bijak syuyukh (para ulama) niscaya mereka terus di atas petunjuk. Sebagian mereka memusuhi orang umum kaum muslimin karena di anggap kafir murtad  dan sebagian memandang orang umum sesat karena di anggap ahli bidah. Takfiriyun dan tabdi’iyun ini lebih menyibukkan diri dengan kitab-kitab mutaakhirin. Menjadikan ucapan ulama kholaf dan kitab mereka seperti talmud yang dihafalkan dan mengalahkan kitab suci. Yang satu khawarij kepada umara dan yang lain khawarij kepada ulama. Bahkan sibuk mengkotak-kotakkan manusia di atas hizbiyah berkedok klaim ahlisunnah. Menganggap diri mereka sebagai representasi kebenaran, yang sama, duduk dan kenal baik dengan mereka adalah ahlisunnah dan yang tidak demikian adalah ahli bidah walaupun di atas hujjah salafiyah.

قيل للحسن : يا أبا سعيد ، خرج خارجي بالخريبة – محلة عند البصرة – فقال : المسكين رأى منكراً فأنكره ، فوقع فيما هو أنكر منه .

Alhasan Albashry pernah ditanya, “wahai Aba said, telah keluar seorang khawarij di Kharibah”, maka beliau berkata, “Kasihan ( orang khawarij ini) , ia melihat kemungkaran lalu mengingkarinya tapi ternyata terjadi hal yang lebih munkar lagi. (Asy-Syari’ah li Al-Aajurry 1/25)

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يخرج في آخر الزمان قوم أحداث الأسنان ، سفهاء الأحلام ، يقولون من خير قول الناس ، يمرقون من الإسلام كما يمرق السهم من الرمية

Dari Abdulloh ibn mas’ud berkata ; bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ; akan keluar di akhir zaman satu kaum yang muda-muda usia mereka, bodoh angan-angan mereka, berbicara dengan sebaik-baik ucapan manusia. mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari buruannya ( HR.Ahmad , tirmidzy , Ibnu Majah dll )

Sebelum mempelajari Islam mereka membunuh, merampok , menipu dan menyakiti manusia , lalu setelah belajar Islam dan bertaubat kemudian menjadi khawarij, mereka kembali membunuh dan merampok kaum muslimin dengan alasan jihad kepada murtaddin, menginjak-injak harga diri dan mentololkan kaum muslimin  dan ulama mereka dengan alasan mereka adalah ahli bidah. Persis seperti anak panah  yang  menembus binatang buruan dan tidak berbekas samasekali ajaran akhlak Islam dalam ucapan dan perbuatan mereka.

أبو غالب : أنه سمع أبا أمامة رضي الله تعالى عنه صاحب رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : خرجت خارجة بالشام فقتلوا ، وألقوا في جب ، أو في بئر ، فأقبل أبو أمامة رضي الله وأنا معه ، حتى وقف عليهم ، ثم بكى ، ثم قال : سبحان الله ، ما فعل الشيطان بهذه الأمة ؟ كلاب النار ، كلاب النار ، كلاب النار – ثلاثا – شر قتلى تحت ظل السماء ، خير قتلى تحت ظل السماء ، خير قتلى تحت ظل السماء من قتلوه ، قلت : يا أبا أمامة ، أشيء تقول برأيك ، أم شيء سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ قال : إني إذا لجريء ، إني إذا لجريء ، إني إذا لجريء – ثلاثا – بل سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم غير مرة ، ولا مرتين ، ولا ثلاثا ، حتى عد عشراً

Dari Abu ghalib ia mendengar Abu Umamah radhiyAllahu anhu seorang dari shahabat Rasulillah shallallahu alaihi wa sallam  berkata ; telah keluar khawarij di syam lalu mereka membunuhnya dan melemparnya ke sumur kemudian Abu Umamah mengajakku mendatanginya sampai beliau berdiri di atas mereka , beliau menangis, lalu berkata ; SubhanAllah, apakah yang telah dilakukan  Syaithon (untuk menyesatkan ) umat ini ? Anjing –anjing neraka –tiga kali beliau menyebutkannya-. ( mereka adalah) seburuk-buruk mayat di bawah kolong langit. Dan sebaik-baik jenazah di bawah kolong langit adalah yang mereka bunuh. Aku ( Abu Ghalib )  berkata ; wahai abu Umamah, apakah ini pendapat yang keluar dari ra’yumu ? atau hadits yang kau dengar dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam ? ( jika dari ra’yuku ) maka sungguh aku sangat lancang – beliau mengatakannya tiga kali. Tapi ini adalah yang aku dengar dari Rasulillah shallallahu alaihi wa sallam. ( HR. Ahmad , Tirmidzy , An-Nasa’y dll ).

عن ابن عمر، عن النَّبيِّ صلى الله عليه و سلم قال: (( مَن حَمَلَ علينا السِّلاحَ فليس منَّا ))

Dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda ; barang siapa membawa pedang ( menyerang ) kami ( kaum muslimin ) maka ia bukan dari golongan kami ( Muttafaq alaih ).

قال صلى الله عليه و سلم (( ومَن خرج على أمَّتي يضرب برَّها وفاجرَها، ولا يتحاش من مؤمنها، ولا يفي لذي عهد عهدَه، فليس منِّي ولستُ منه ))

Bersabda nabi shallallahu alaihi wa sallam ; barang siapa memerangi umatku membunuh orang baik dan orang fajirnya serta tidak berhati-hati dari orang mukminnya dan tidak menepati perjanjian kepada yang membuat perjanjian dengan mereka maka dia bukanlah dari golonganku dan aku bukan dari golongannya.( HSR. Muslim no 1848).

 Mereka ini jika memasuki masjid – masjid kaum muslimin, menganggap dirinya saja  yang paling afdhol dan paling di atas tauhid dan sunnah.

عن أنس قال صلى الله عليه و سلم : ناشدتك بالله ، هل حدثت نفسك حين طلعت علينا : أن ليس في القوم أفضل منك ؟ فقال : اللهم نعم . فدخل المسجد يصلي

Dari Anas ibn malik bersabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam ( kepada seorang khawarij ) ; Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah, bukankah jiwamu berkata kepadamu saat kau mendatangi kami bahwa tidak ada seorang pun di sini yang lebih afdhol darimu ? Ia menjawab ;  iya. Lalu ia pun masuk masjid dan shalat.( HR. Ahmad , Abu Ya’la ).

Sebagian mereka menyesatkan seluruh muslimin kecuali yang mereka kenal saja.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ . فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ ». قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ لاَ أَدْرِى أَهْلَكَهُمْ بِالنَّصْبِ أَوْ أَهْلَكُهُمْ بِالرَّفْعِ.

Dari Abu hurairoh bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ; apabila seorang mengatakan ; manusia binasa . maka dialah yang paling binasa atau yang membinasakan mereka. (HR. Muslim )

 

Sebagaimana pendahulu mereka yaitu Dzulkhuwaishiroh menganggap dirinya lebih bertaqwa daripada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْسِمُ قِسْمًا أَتَاهُ ذُو الْخُوَيْصِرَةِ وَهُوَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْدِلْ فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ قَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ

Dari Abu Said Alkhudry rodhiyAllahu anhu berkata ketika kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat beliau membagi ghanimah , datanglah Dzulkhuwaishiroh seorang dari bani tamim lalu ia berkata : Ya Rasulullah, berbuat adillah. Lalu Nabi berkata ; celaka engkau, siapakah yang akan adil ( dari umara setelahku ) jika aku tidak adil. Engkau pasti celaka ( jika meyakini ) aku tidak adil.( HR. Bukhary ).

Mereka akan terus terpecah menjadi faksi-faksi yang saling mengkafirkan dan membidahkan, demikianlah ahli bidah di setiap zaman.

Berkata Al-Imam Ibnu Taimiyyah rahimahulloh ;

والبدعة مقرونة بالفرقة كما ان السنة مقرونة بالجماعة فيقال أهل السنة والجماعة كما يقال أهل البدعة والفرقة

Bid’ah identik dengan furqoh/perpecahan sebagaimana Sunnah identik dengan jamaah/persatuan. Sehingga disebut ahli sunnah wal jamaah sebagaimana disebut pula Ahli bidah walfurqoh.(Al Istiqomah 1/42)

Kaum khawarij modern ini tidak akan membuka diri terhadap selain kelompoknya, walau pun kepada dosen-dosen mereka , bahkan mereka tidak  mengakui guru-guru mereka tersebut, bak Malin Kundang yang tak mengakui orang tuanya. Serta tidak menyebarkan rahmat kepada kaum muslimin, bahkan menyebarkan kebencian terhadap mereka. Padahal ahlussunnah adalah orang-orang yang paling mengetahui kebenaran dan paling menyayangi manusia.

قال يحيى بن معاذ العلماء أرحم بأمة محمد صلى الله عليه وسلم من آبائهم وأمهاتهم قيل وكيف ذلك قال لأن آباءهم وأمهاتهم يحفظونهم من نار الدنيا وهم يحفظونهم من نار الآخرة

Berkata Yahya bin Mu’aadz rahimahulloh ; Para ulama lebih menyayangi umat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam daripada ayah dan ibu mereka, mengapa demikian ? Karena ayah dan ibu mereka melindungi mereka dari neraka dunia sedang para ulama melindungi mereka dari neraka akhirat.(Ihya Ulumuddin 1/11)

Catatan Kaki:

—————
[1] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.

[2]Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1042-surat-terbuka-untuk-saudaraku-takfiri.html